09 Juli 2022

POAC (PLANNING, ORGANIZING, ACTUATING, CONTROLLING) DALAM MANAJEMEN

POAC merupakan sebuah prinsip manajemen organisasi yang pertama kali diperkenalkan oleh George R. Kelly, yang terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Lalu apa kaitan prinsip manajemen organisasi dengan manajemen bisnis? Masih banyak yang belum memahami bahwa dibalik kesuksesan sebuah bisnis, adalah sebuah organisasi yang baik. Sebuah bisnis sendiri tidak akan pernah ada atau berjalan tanpa adanya organisasi. Jadi, sebelum kita lompat ke manajemen bisnis, akan sangat membantu kalo kita sudah memiliki manajemen organisasi yang sempurna.

1. Planning

Planning merupakan sebuah proses menyusun suatu kerangka kerja yang objektif guna untuk mengejar tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Dalam membuat sebuah perencanaan yang perlu dibahas adalah tujuan / goal perusahaan dan upaya yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Membuat keputusan juga merupakan bagian dalam proses planning. Keputusan yang diambil harus memperhatikan masa depan dan setiap keputusan yang dibuat harus berhubungan dengan tujuan yang ingin dikejar atau mendukung dalam mencapai tujuan. Proses planning penting karena berperan dalam menggerakkan seluruh fungsi manajemen dalam sebuah bisnis. Dengan memiliki sebuah rencana, setiap individu atau divisi atau organisasi jadi memiliki arah yang jelas, dan bisa membantu mengeliminasi hal-hal yang tidak penting atau kurang membantu dalam mencapai tujuan bisnis.

Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membuat sebuah perencanaan, yaitu SMART:

Specific; perencanaan harus jelas maksud dan tujuannya, juga resource yang diperlukan.

Measurable; rencana harus bisa diukur kesuksesannya.

Achievable; rencana yang dibuat harus masuk diakal, bukan merupakan sebuah angan-angan, dan dapat dicapai.

Realistic; dalam membuat rencana, kita perlu berpikiran realis. Sama dengan poin sebelumnya, rencana yang dibuat harus sesuai dengan keadaan bisnis.

Time; setiap membuat rencana, pastinya kita harus menentukan batas waktu kapan rencana tersebut harus dimulai dan diselesaikan. Hal ini penting karena sebuah rencana akan selalu menjadi rencana jika tidak dijalankan, dan berguna untuk mengevaluasi cara kerja atau hasil dari rencana tersebut.

2. Organizing

Setelah merencanakan semua hal yang dibutuhkan, selanjutnya adalah proses mengatur tim atau divisi, mengatur jadwal kerja, juga mengelompokkan tiap individu sesuai kemampuannya. Organizing akan menuntut suatu bisnis untuk memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki, khususnya sumber daya manusia, dalam upaya mengubah rencana ke dalam bentuk aksi yang nyata. Proses ini menghasilkan pembagian tugas atau tim dengan tugas spesifik.

Hasil dari perencanaan yang telah dibuat perlu diteruskan ke grup yang lebih besar, dimulai dari divisi yang ada di perusahaan. Tiap divisi akan memiliki tugas masing-masing untuk mengimplementasikan konsep dasar bisnis, termasuk segala keperluannya. Dengan distribusi konsep yang tepat, tiap divisi dalam struktur bisnis diharapkan dapat menjalankan rencana sesuai prosedur dan secara sistematis. Banyaknya individu di tiap divisi harus berdasarkan kebutuhan. Kurangnya personil untuk tiap divisi bisa menyebabkan masalah, tapi hal yang sama juga bisa terjadi jika terlalu banyak personil yang terlibat.

Di tiap divisi pastinya ada satu penanggungjawab terhadap tugas, otoritas, dan jobdesc yang berbeda. Makin tinggi posisi yang dipegang, makin besar tanggung jawab, tugas, dan otoritas yang dimiliki. Prinsip dasar pengelolaan ini akan menjaga bisnis tetap berjalan sesuai alur yang direncanakan di awal dengan membagi tugas ke tiap divisi sesuai dengan keahliannya. Peran pimpinan juga jadi lebih krusial karena harus mampu memastikan tim bekerja secara efektif dan memastikan rencana yang sudah ada berjalan mulus

3. Actuating

Mengimplementasi rencana ke dalam bentuk aksi menjadi langkah penting untuk mencapai sukses dalam bisnis. Dalam hal ini, tiap divisi diharapkan untuk mulai bisa mengerjakan tugasnya sesuai deskripsi pekerjaan masing-masing dengan mengaktualisasi ide dasar / rencana bisnis yang sudah diberikan. Dengan rencana matang dan proses aktualisasi yang sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan, sistem manajemen bisa berjalan dengan halus. Tapi untuk mewujudkan hal ini, diperlukan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja sama. Semua divisi harus seirama dalam mengeksekusi rencana.

Dalam kata yang lain, aktualiasi merupakan bagian dari misi. Sedangkan rencana yang dibuat menjadi bagian dari visi. Mengaktualisasi rencana kerja harus sesuai program kerja yang sudah disiapkan sebelumnya. Tentu saja dalam praktiknya pasti akan ada yang berubah sesuai situasi yang berlangsung. Tiap divisi dan individu yang tergabung pada suatu bisnis harus bekerja sesuai dengan tugas yang dibebankan, termasuk fungsi dan peran yang diemban. Keahlian dan kompetensi dari tiap individu akan sangat krusial dalam proses aktualisasi ide.

Aktualisi merupakan proses implementasi rencana. Tanpa ada satu aksi yang nyata, rencana hanya akan menjadi sekedar imajinasi belaka, atau mimpi yang tak pernah menjadi nyata.

4. Controlling

Controlling merupakan aksi yang dilakukan untuk memastikan alur kerja bisnis berjalan sesuai rencana. Bahkan tiga poin di atas (planning, organizing, dan actuating) tidak akan berjalan sempurna tanpa ada kontrol yang layak. Dalam hal ini, mengontrol bisa dimaknai sebagai aktivitas menjaga bisnis supaya tetap eksis. Mengontrol semua proses aktualisasi termasuk aspek penting dalam manajemen yang ideal. Tujuan utama controlling adalah untuk menjaga semua proses berjalan sesuai apa yang direncanakan.

Kontrol yang dimaksud merupakan tugas utama dari pemimpin atau koordinator tiap divisi. Kontrol umumnya mencakup semua aspek, termasuk aktivitas bisnis yang sedang berjalan, kenyamanan semua individu yang terlibat, waktu yang diperlukan tiap divisi, juga lainnya. Tujuan dari kontrol yaitu memastikan bahwa semua aktivitas yang dilakukan dalam bisnis sesuai dengan kerangka kerja yang dibuat berdasarkan konsep dasar. Jika suatu saat muncul masalah di luar rencana, pemimpin harus mampu memberi solusi, tentunya masih mengacu dengan rencana kerja. Hasil akhirnya adalah, semua aktivitas yang dikerjakan akan memberi hasil maksimal.

Pada proses kontrol ini, peran pemimpin sangat penting, terlebih saat dituntut mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Manfaat penting lainnya dari controlling adalah kemampuan melihat potensi penyimpangan yang terjadi selama bisnis berjalan, baik dalam proses perencanaan, implementasi, dan organisasi. Semakin cepat sebuah penyimpangan / masalah dikoreksi, diantisipasi dan disesuaikan, maka hasil akan menjadi lebih maksimal dan efisien.

 

 

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SENI RUPA FASE E (UMUMNYA KELAS 10)

Rasional Mata Pelajaran Seni Rupa

Setiap manusia memiliki kemampuan untuk melihat, merasakan dan mengalami sebuah keindahan. Kepekaan terhadap keindahan membantu manusia untuk dapat memaknai hidupnya dan menjalani hidupnya dengan optimal. Diharapkan melalui pembelajaran seni rupa, kepekaan tersebut dapat dibangun sejak dini.

Semenjak zaman prehistorik, bahasa rupa merupakan citra yang memiliki daya dan dampak luar biasa dalam menyampaikan pesan, menghibur, melestarikan, menghancurkan dan menginspirasi hingga kurun waktu tak terhingga.

Pembelajaran seni rupa mendorong terbentuknya Profil Pelajar Pancasila. Melalui seni rupa, peserta didik dibiasakan dapat berpikir terbuka, kreatif, apresiatif, empatik, serta menghargai perbedaan dan keberagaman. Selain itu, peserta didik juga memperoleh pengalaman mengamati dan menikmati keindahan serta mengalami proses perenungan dari dalam maupun luar diri mereka untuk diekspresikan pada karya seni rupa yang berdampak pada diri, lingkungan maupun masyarakat. 

Melalui pembelajaran seni rupa, peserta didik menyadari bahwa seni rupa dapat membentuk sejarah, budaya dan peradaban sebuah bangsa maupun seluruh dunia. Peserta didik menghargai dan melestarikan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi kearifan lokal, kebinnekaan global, dan perkembangan teknologi. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan mengembangkan nilai-nilai estetika, logika dan etika dalam dirinya untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila sesuai tujuan pendidikan nasional.

 

Tujuan Mata Pelajaran Seni Rupa   

Pembelajaran seni rupa bertujuan mengembangkan kreativitas dan kepekaan  terhadap estetika, logika dan etika untuk membantu peserta didik meningkatkan kualitas hidupnya. Di samping itu, kemampuan peserta didik dalam mengamati, mengenal, merasakan, memahami dan mengalami nilai-nilai keindahan, semakin terasah dalam merespon sebuah gagasan, peluang dan tantangan. 

 

Karakteristik Mata Pelajaran Seni Rupa

Pembelajaran berpusat pada peserta didik; dimana mereka memiliki ruang kreativitas untuk menemukan gagasan dan caranya sendiri dalam berkarya, sesuai dengan kemampuan, minat, bakat dan kecepatan belajarnya masing-masing.

Pembelajaran melalui pengalaman mengamati, mencipta, menikmati, mengetahui, memahami, bersimpati, berempati, peduli dan toleransi terhadap beragam nilai, budaya, proses dan karya.

 

Pembelajaran yang menyenangkan, bermakna, relevan, dan mengembangkan keterampilan bekerja dan berpikir artistik bagi kehidupan sehari-hari.

 

Pembelajaran seni rupa merayakan keunikan individu dan bersifat khas/kontekstual sesuai potensi yang dimiliki peserta didik, satuan pendidikan dan daerahnya.

 

Pembelajaran seni rupa terhubung erat dengan aspek seni maupun bidang ilmu lainnya dan mendorong kolaborasi interdisipliner.

 

Pembelajaran seni rupa memiliki dampak bagi diri peserta didik dan lingkungannya. Kesadaran akan dampak sebuah karya akan mendorong terbentuknya sikap bertanggung jawab.


Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Rupa Fase E

Di akhir fase E, peserta didik diharapkan memiliki nalar kritis, menghasilkan atau mengembangkan gagasan dalam proses kreatif dalam merespon lingkungannya secara mandiri dan/atau berkelompok. Dalam proses kreatif tersebut, peserta didik telah memahami ruang, proporsi, gesture dan menentukan bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang sesuai dengan tujuan karyanya. Selain itu, peserta didik juga dapat menyampaikan pesan dan gagasan secara lisan dan/atau tertulis tentang karya seni rupa berdasarkan pada pengamatan dan pengalamannya, secara efektif, runut, terperinci dan menggunakan kosa kata seni rupa yang tepat.

 

Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Rupa Fase E, pada setiap Elemen

Elemen Mengalami (Experiencing)

Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam dan menuangkan pengalaman dan pengamatannya terhadap lingkungan, perasaan, empati atau penilaiannya  secara visual  dengan menggunakan proporsi, gestur, ruang yang rinci. Karya peserta didik mencerminkan penguasaan terhadap bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang dipilihnya (sesuai minat dan kemampuannya).

Elemen Menciptakan (Making/Creating)

Pada akhir fase E, peserta didik mampu menciptakan karya seni yang menunjukkan pilihan keterampilan,medium dan pengetahuan elemen seni rupa atau prinsip desain tertentu yang sesuai dengan tujuan karyanya, dalam konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik tertentu.

Elemen Merefleksikan (Reflecting)

Pada akhir fase E, peserta didik mampu secara kritis mengevaluasi dan menganalisa efektivitas pesan dan penggunaan medium sebuah karya, pribadi maupun orang lain serta menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan langkah pembelajaran selanjutnya.

Elemen Berpikir dan Bekerja Artistik (Thinking and Working Artistically) 

Pada akhir fase E, peserta didik mampu berkarya dan mengapresiasi berdasarkan perasaan, empati dan penilaian pada karya seni secara ekspresif, produktif, inventif dan inovatif. Peserta didik mampu menggunakan kreativitasnya, mengajukan pertanyaan yang bermakna dan mengembangkan gagasan dan menggunakan berbagai sudut pandang untuk mendapatkan gagasan, menciptakan peluang, menjawab tantangan dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik juga mampu bekerja secara mandiri, bergotong royong maupun berkolaborasi dengan bidang keilmuan lain atau masyarakat di lingkungan sekitar. 

Elemen Berdampak (Impacting) 

Pada akhir fase E, peserta didik mampu membuat karya sendiri atas dasar perasaan, minat, nalar dan sesuai akar budaya pada masyarakatnya.