04 November 2022

Teknik Penulisan Soal Pilihan Ganda

Soal PG merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban (option) yang telah disediakan. Setiap soal PG terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban merupakan jawaban benar atau paling benar, sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, tetapi peserta didik yang tidak menguasai materi mungkinkan memilih pengecoh tersebut.


Keunggulan dan keterbatasan

Beberapa keunggulan dari bentuk soal PG adalah:
  • dapat diskor dengan mudah, cepat, dan memiliki objektivitas yang tinggi;
  • dapat mengukur berbagai tingkatan kognitif;
  • mencakup ruang lingkup materi yang luas;
  • tepat digunakan untuk ujian berskala besar yang hasilnya harus segera diumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir sekolah, dan ujian seleksi pegawai negeri.
Beberapa keterbatasan dari bentuk soal PG adalah:
  • perlu waktu lama untuk menyusun soalnya;
  • sulit membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi;
  • terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban.

 

Kaidah Penulisan Soal Bentuk PG :

Dalam menulis soal bentuk PG, penulis soal harus memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:

Materi
  • Soal harus sesuai dengan indikator.
  • Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
  • Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar.

Konstruksi

  • Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
  • Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
  • Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.
  • Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
  • Panjang rumusan pilihan jawaban harus relative sama.
  • Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “Semua pilihan jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawabandi atas benar”.
  • Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut atau kronologisnya.
  • Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
  • Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

 Bahasa

  • Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
  • Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
  • Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
  • Setiap pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

 Hal-hal penting lain yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal:

  • Soal tidak boleh menyinggung suku, agama, ras, antargolongan (SARA).
  • Soal tidak boleh bermuatan politik, pornografi, promosi produk komersil (iklan) atau instansi (nama sekolah, nama wilayah), kekerasan, dan bentuk lainnya yang dapat menimbulkan efek negatif atau hal-hal yang dapat menguntungkan atau merugikan kelompok tertentu.

 KAIDAH PENULISAN SOAL PILIHAN GANDA

  1. Soal harus sesuai dengan indikator soal dalam kisi-kisi. Artinya, soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator soal.
  2. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
  3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
  4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
  5. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
  6. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.
  7. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
  8. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
  9. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan ‘’Semua pilihan jawaban di atas salah’’ atau ‘’Semua pilihan jawaban di atas benar’’.
  10. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan besar kecilnya nilai angka tersebut atau kronologinya
  11. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
  12. Butir soal tidak boleh bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
  13. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
  14. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
  15. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
  16. Setiap pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

 

EVALUASI PEMBELAJARAN

Evaluasi pembelajaran adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi informasi secara sistematis untuk menetapkan ketercapaian tujuan pembelajaran. Tujuannya adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru.

Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian, yang dalam prosesnya melalui tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, serta pengolahan hasil dan pelaporan. Ketiga tahap itu harus sejalan dengan prinsip-prinsip umum dalam evaluasi pembelajaran yang harus dipenuhi untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, yaitu prinsip kontinuitas, komprehensif, adil dan objektif, kooperatif, dan praktis.

Untuk menuju kualitas pembelajaran yang baik, diperlukan sistem penilaian yang baik pula. Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, sangat perlu untuk menetapkan standar penilaian yang menjadi dasar dan acuan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian. Untuk mewujudkan haltersebut, perlu kerja sama yang baik dari pihak-pihak yang berkaitan, seperti guru, siswa, dan sekolah. Dengan peranan yang berbeda sesuai proporsi masing-masing, dan tiap-tiap pihak melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana mestinya, akan tercipta suasana yang kondusif, dinamis, dan terarah untuk perbaikan kualitas pembelajaran melalui perbaikan sistem penilaian. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran berperan untuk mengetahui efisiensi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dan efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan. 

 

Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran

 

Jenis evaluasi berdasarkan tujuan

  1. Evaluasi diagnostik
  2. Evaluasi selektif
  3. Evaluasi penempatan
  4. Evaluasi formatif
  5. Evaluasi sumatif

Evaluasi Diagnostik, evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.

Evaluasi Selektif, evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.

Evaluasi Penempatan, evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.

Evaluasi Formatif, evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.

Evaluasi Sumatif, evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan bekajra siswa.

 

Jenis evaluasi berdasarkan sasaran

  1. Evaluasi konteks
  2. Evaluasi input
  3. Evaluasi proses
  4. Evaluasi hasil/produk
  5. Evaluasi outcom/lulusan

Evaluasi Konteks, evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan

Evaluasi Input, evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.

Evaluasi Proses, evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.

Evaluasi Hasil atau Produk, evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.

Evaluasi Outcom atau Lulusan, evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yakni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

 

Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran

  1. Evaluasi program pembelajaran
  2. Evaluasi proses pembelajaran
  3. Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi Program Pembelajaran, evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspek-aspek program pembelajaran yang lain.
 
Evaluasi Proses Pembelajaran, evaluasiyang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garisbesar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalammelaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti prosespembelajaran.
 
Evaluasi Hasil Pembelajaran, evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
 
 
Jenis evaluasi berdasarkan objek evaluasi
  1. Evaluasi input
  2. Evaluasi transformasi
  3. Evaluasi output
Evaluasi Input, evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.
 
Evaluasi Transformas, evaluasi terhadao unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain materi, media, metode dan lain-lain. 
 
Evaluasi Output, evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.
 
 
Jenis evaluasi berdasarkan subjek evaluasi
  1. Evaluasi internal
  2. Evaluasi eksternal
Evaluasi Internal, evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru.
 
Evaluasi Eksternal, evaluasi yang dilakukan oleh orangluar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat.
 
 

09 Juli 2022

POAC (PLANNING, ORGANIZING, ACTUATING, CONTROLLING) DALAM MANAJEMEN

POAC merupakan sebuah prinsip manajemen organisasi yang pertama kali diperkenalkan oleh George R. Kelly, yang terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Lalu apa kaitan prinsip manajemen organisasi dengan manajemen bisnis? Masih banyak yang belum memahami bahwa dibalik kesuksesan sebuah bisnis, adalah sebuah organisasi yang baik. Sebuah bisnis sendiri tidak akan pernah ada atau berjalan tanpa adanya organisasi. Jadi, sebelum kita lompat ke manajemen bisnis, akan sangat membantu kalo kita sudah memiliki manajemen organisasi yang sempurna.

1. Planning

Planning merupakan sebuah proses menyusun suatu kerangka kerja yang objektif guna untuk mengejar tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Dalam membuat sebuah perencanaan yang perlu dibahas adalah tujuan / goal perusahaan dan upaya yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Membuat keputusan juga merupakan bagian dalam proses planning. Keputusan yang diambil harus memperhatikan masa depan dan setiap keputusan yang dibuat harus berhubungan dengan tujuan yang ingin dikejar atau mendukung dalam mencapai tujuan. Proses planning penting karena berperan dalam menggerakkan seluruh fungsi manajemen dalam sebuah bisnis. Dengan memiliki sebuah rencana, setiap individu atau divisi atau organisasi jadi memiliki arah yang jelas, dan bisa membantu mengeliminasi hal-hal yang tidak penting atau kurang membantu dalam mencapai tujuan bisnis.

Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membuat sebuah perencanaan, yaitu SMART:

Specific; perencanaan harus jelas maksud dan tujuannya, juga resource yang diperlukan.

Measurable; rencana harus bisa diukur kesuksesannya.

Achievable; rencana yang dibuat harus masuk diakal, bukan merupakan sebuah angan-angan, dan dapat dicapai.

Realistic; dalam membuat rencana, kita perlu berpikiran realis. Sama dengan poin sebelumnya, rencana yang dibuat harus sesuai dengan keadaan bisnis.

Time; setiap membuat rencana, pastinya kita harus menentukan batas waktu kapan rencana tersebut harus dimulai dan diselesaikan. Hal ini penting karena sebuah rencana akan selalu menjadi rencana jika tidak dijalankan, dan berguna untuk mengevaluasi cara kerja atau hasil dari rencana tersebut.

2. Organizing

Setelah merencanakan semua hal yang dibutuhkan, selanjutnya adalah proses mengatur tim atau divisi, mengatur jadwal kerja, juga mengelompokkan tiap individu sesuai kemampuannya. Organizing akan menuntut suatu bisnis untuk memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki, khususnya sumber daya manusia, dalam upaya mengubah rencana ke dalam bentuk aksi yang nyata. Proses ini menghasilkan pembagian tugas atau tim dengan tugas spesifik.

Hasil dari perencanaan yang telah dibuat perlu diteruskan ke grup yang lebih besar, dimulai dari divisi yang ada di perusahaan. Tiap divisi akan memiliki tugas masing-masing untuk mengimplementasikan konsep dasar bisnis, termasuk segala keperluannya. Dengan distribusi konsep yang tepat, tiap divisi dalam struktur bisnis diharapkan dapat menjalankan rencana sesuai prosedur dan secara sistematis. Banyaknya individu di tiap divisi harus berdasarkan kebutuhan. Kurangnya personil untuk tiap divisi bisa menyebabkan masalah, tapi hal yang sama juga bisa terjadi jika terlalu banyak personil yang terlibat.

Di tiap divisi pastinya ada satu penanggungjawab terhadap tugas, otoritas, dan jobdesc yang berbeda. Makin tinggi posisi yang dipegang, makin besar tanggung jawab, tugas, dan otoritas yang dimiliki. Prinsip dasar pengelolaan ini akan menjaga bisnis tetap berjalan sesuai alur yang direncanakan di awal dengan membagi tugas ke tiap divisi sesuai dengan keahliannya. Peran pimpinan juga jadi lebih krusial karena harus mampu memastikan tim bekerja secara efektif dan memastikan rencana yang sudah ada berjalan mulus

3. Actuating

Mengimplementasi rencana ke dalam bentuk aksi menjadi langkah penting untuk mencapai sukses dalam bisnis. Dalam hal ini, tiap divisi diharapkan untuk mulai bisa mengerjakan tugasnya sesuai deskripsi pekerjaan masing-masing dengan mengaktualisasi ide dasar / rencana bisnis yang sudah diberikan. Dengan rencana matang dan proses aktualisasi yang sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan, sistem manajemen bisa berjalan dengan halus. Tapi untuk mewujudkan hal ini, diperlukan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja sama. Semua divisi harus seirama dalam mengeksekusi rencana.

Dalam kata yang lain, aktualiasi merupakan bagian dari misi. Sedangkan rencana yang dibuat menjadi bagian dari visi. Mengaktualisasi rencana kerja harus sesuai program kerja yang sudah disiapkan sebelumnya. Tentu saja dalam praktiknya pasti akan ada yang berubah sesuai situasi yang berlangsung. Tiap divisi dan individu yang tergabung pada suatu bisnis harus bekerja sesuai dengan tugas yang dibebankan, termasuk fungsi dan peran yang diemban. Keahlian dan kompetensi dari tiap individu akan sangat krusial dalam proses aktualisasi ide.

Aktualisi merupakan proses implementasi rencana. Tanpa ada satu aksi yang nyata, rencana hanya akan menjadi sekedar imajinasi belaka, atau mimpi yang tak pernah menjadi nyata.

4. Controlling

Controlling merupakan aksi yang dilakukan untuk memastikan alur kerja bisnis berjalan sesuai rencana. Bahkan tiga poin di atas (planning, organizing, dan actuating) tidak akan berjalan sempurna tanpa ada kontrol yang layak. Dalam hal ini, mengontrol bisa dimaknai sebagai aktivitas menjaga bisnis supaya tetap eksis. Mengontrol semua proses aktualisasi termasuk aspek penting dalam manajemen yang ideal. Tujuan utama controlling adalah untuk menjaga semua proses berjalan sesuai apa yang direncanakan.

Kontrol yang dimaksud merupakan tugas utama dari pemimpin atau koordinator tiap divisi. Kontrol umumnya mencakup semua aspek, termasuk aktivitas bisnis yang sedang berjalan, kenyamanan semua individu yang terlibat, waktu yang diperlukan tiap divisi, juga lainnya. Tujuan dari kontrol yaitu memastikan bahwa semua aktivitas yang dilakukan dalam bisnis sesuai dengan kerangka kerja yang dibuat berdasarkan konsep dasar. Jika suatu saat muncul masalah di luar rencana, pemimpin harus mampu memberi solusi, tentunya masih mengacu dengan rencana kerja. Hasil akhirnya adalah, semua aktivitas yang dikerjakan akan memberi hasil maksimal.

Pada proses kontrol ini, peran pemimpin sangat penting, terlebih saat dituntut mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Manfaat penting lainnya dari controlling adalah kemampuan melihat potensi penyimpangan yang terjadi selama bisnis berjalan, baik dalam proses perencanaan, implementasi, dan organisasi. Semakin cepat sebuah penyimpangan / masalah dikoreksi, diantisipasi dan disesuaikan, maka hasil akan menjadi lebih maksimal dan efisien.

 

 

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SENI RUPA FASE E (UMUMNYA KELAS 10)

Rasional Mata Pelajaran Seni Rupa

Setiap manusia memiliki kemampuan untuk melihat, merasakan dan mengalami sebuah keindahan. Kepekaan terhadap keindahan membantu manusia untuk dapat memaknai hidupnya dan menjalani hidupnya dengan optimal. Diharapkan melalui pembelajaran seni rupa, kepekaan tersebut dapat dibangun sejak dini.

Semenjak zaman prehistorik, bahasa rupa merupakan citra yang memiliki daya dan dampak luar biasa dalam menyampaikan pesan, menghibur, melestarikan, menghancurkan dan menginspirasi hingga kurun waktu tak terhingga.

Pembelajaran seni rupa mendorong terbentuknya Profil Pelajar Pancasila. Melalui seni rupa, peserta didik dibiasakan dapat berpikir terbuka, kreatif, apresiatif, empatik, serta menghargai perbedaan dan keberagaman. Selain itu, peserta didik juga memperoleh pengalaman mengamati dan menikmati keindahan serta mengalami proses perenungan dari dalam maupun luar diri mereka untuk diekspresikan pada karya seni rupa yang berdampak pada diri, lingkungan maupun masyarakat. 

Melalui pembelajaran seni rupa, peserta didik menyadari bahwa seni rupa dapat membentuk sejarah, budaya dan peradaban sebuah bangsa maupun seluruh dunia. Peserta didik menghargai dan melestarikan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi kearifan lokal, kebinnekaan global, dan perkembangan teknologi. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan mengembangkan nilai-nilai estetika, logika dan etika dalam dirinya untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila sesuai tujuan pendidikan nasional.

 

Tujuan Mata Pelajaran Seni Rupa   

Pembelajaran seni rupa bertujuan mengembangkan kreativitas dan kepekaan  terhadap estetika, logika dan etika untuk membantu peserta didik meningkatkan kualitas hidupnya. Di samping itu, kemampuan peserta didik dalam mengamati, mengenal, merasakan, memahami dan mengalami nilai-nilai keindahan, semakin terasah dalam merespon sebuah gagasan, peluang dan tantangan. 

 

Karakteristik Mata Pelajaran Seni Rupa

Pembelajaran berpusat pada peserta didik; dimana mereka memiliki ruang kreativitas untuk menemukan gagasan dan caranya sendiri dalam berkarya, sesuai dengan kemampuan, minat, bakat dan kecepatan belajarnya masing-masing.

Pembelajaran melalui pengalaman mengamati, mencipta, menikmati, mengetahui, memahami, bersimpati, berempati, peduli dan toleransi terhadap beragam nilai, budaya, proses dan karya.

 

Pembelajaran yang menyenangkan, bermakna, relevan, dan mengembangkan keterampilan bekerja dan berpikir artistik bagi kehidupan sehari-hari.

 

Pembelajaran seni rupa merayakan keunikan individu dan bersifat khas/kontekstual sesuai potensi yang dimiliki peserta didik, satuan pendidikan dan daerahnya.

 

Pembelajaran seni rupa terhubung erat dengan aspek seni maupun bidang ilmu lainnya dan mendorong kolaborasi interdisipliner.

 

Pembelajaran seni rupa memiliki dampak bagi diri peserta didik dan lingkungannya. Kesadaran akan dampak sebuah karya akan mendorong terbentuknya sikap bertanggung jawab.


Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Rupa Fase E

Di akhir fase E, peserta didik diharapkan memiliki nalar kritis, menghasilkan atau mengembangkan gagasan dalam proses kreatif dalam merespon lingkungannya secara mandiri dan/atau berkelompok. Dalam proses kreatif tersebut, peserta didik telah memahami ruang, proporsi, gesture dan menentukan bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang sesuai dengan tujuan karyanya. Selain itu, peserta didik juga dapat menyampaikan pesan dan gagasan secara lisan dan/atau tertulis tentang karya seni rupa berdasarkan pada pengamatan dan pengalamannya, secara efektif, runut, terperinci dan menggunakan kosa kata seni rupa yang tepat.

 

Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Seni Rupa Fase E, pada setiap Elemen

Elemen Mengalami (Experiencing)

Pada akhir fase E, peserta didik mampu mengamati, mengenal, merekam dan menuangkan pengalaman dan pengamatannya terhadap lingkungan, perasaan, empati atau penilaiannya  secara visual  dengan menggunakan proporsi, gestur, ruang yang rinci. Karya peserta didik mencerminkan penguasaan terhadap bahan, alat, teknik, teknologi dan prosedur yang dipilihnya (sesuai minat dan kemampuannya).

Elemen Menciptakan (Making/Creating)

Pada akhir fase E, peserta didik mampu menciptakan karya seni yang menunjukkan pilihan keterampilan,medium dan pengetahuan elemen seni rupa atau prinsip desain tertentu yang sesuai dengan tujuan karyanya, dalam konteks ekspresi pribadi atau sesuai topik tertentu.

Elemen Merefleksikan (Reflecting)

Pada akhir fase E, peserta didik mampu secara kritis mengevaluasi dan menganalisa efektivitas pesan dan penggunaan medium sebuah karya, pribadi maupun orang lain serta menggunakan informasi tersebut untuk merencanakan langkah pembelajaran selanjutnya.

Elemen Berpikir dan Bekerja Artistik (Thinking and Working Artistically) 

Pada akhir fase E, peserta didik mampu berkarya dan mengapresiasi berdasarkan perasaan, empati dan penilaian pada karya seni secara ekspresif, produktif, inventif dan inovatif. Peserta didik mampu menggunakan kreativitasnya, mengajukan pertanyaan yang bermakna dan mengembangkan gagasan dan menggunakan berbagai sudut pandang untuk mendapatkan gagasan, menciptakan peluang, menjawab tantangan dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik juga mampu bekerja secara mandiri, bergotong royong maupun berkolaborasi dengan bidang keilmuan lain atau masyarakat di lingkungan sekitar. 

Elemen Berdampak (Impacting) 

Pada akhir fase E, peserta didik mampu membuat karya sendiri atas dasar perasaan, minat, nalar dan sesuai akar budaya pada masyarakatnya.